SIKAP
YANG MENENTUKAN
“sikap
kita terhadap suatu hal sepertinya lebih penting daripada hal itu sendiri” – A.W
Tozer
Gardner
taylor dilahirkan di Louisiana pada 1918. Sepanjang hidupnya, ia berjuang
melawan pembedaan ras. Selama enam dekade
ia berkeliling dunia sebagai pembicara. Namun, di usianya yang ke 89, kesehatan
taylor menurun dan ia tidak bisa lagi berbicara di depan banyak orang. Ia mengatakan
pada seseorang, “awalnya aku agak sedih dan kecewa.” Namun kemudian ia
menyatakan keyakinannya bahwa akan ada waktunya, dan kita pun harus melihatnya
dengan cara terbaik dan menemukan hal-hal positif di dalamnya. Sungguh sebuah
sikap yang mengaggumkan!.
Sahabat
apa pun yang menimpa kita, yang terpenting adalah respons kita terhadap hal tersebut. Hal terburuk boleh saja
terjadi, tetapi bila mampu menyikapinya dengan benar, kitalah yang menjadi
pemenangnya. Dan, itulah yang dilakukan gardner. Ya, kesehatan yang buruk tidak
membuatnya kecut atau mentyalahkan
berbagai pihak. Sebaliknya, ia memillih untuk menemukan hal baik yang masih
tersimpan di dalamnya.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukkan terhadap tiga ratus pemimpin dunia termasuk franklin
d, Roosevelt, sir Winston, dan oprah winfrey. Terungkap bahwa 25% diantara
mereka cacat jasmaniah yang berat dan 50% lagi mendapat perlakuan kejam sebagai
anak atau telah dibesarkan dalam keadaan miskin. Mereka “tanggap” dan “bukan
bereaksi” terhadap apa yang terjadi terhadap mereka. Mereka telah belajar bahwa
yang terpenting bukan “dimana engkau mengawali, tetapi dimana engkau
mengakhirinya”.
Tepatlah
apa yang dikatakan dale Carnegie bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada apa
pun yang terjadi diluar, kebahagiaan datang dari sikap hati. Kebahagiaan tidak
ditentukan oleh apa yang kita miliki, oleh apa yang menerpa kita, tetapi oleh
bagaimana kita menikmati apa yang kita miliki. Ingatlah, rasa sakit memang
tidak terelakkan, tetapi penderitaan itu adalah suatu pilihan, ya, saat kita
diterpa badai hidup, mungkin kesulitan tidak bisa kita hindari. Namun apakah
kita menderita karenanya dan merasa sebagai korban, atau menganggapnya sebagai
hal biasa, sebagai sesuatu yang bisa diatasi itu, sangat bergantung pada sikap
kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar