Jumat, 21 Februari 2020

8. SIKAP YANG MENENTUKAN


SIKAP YANG MENENTUKAN
“sikap kita terhadap suatu hal sepertinya lebih penting daripada hal itu sendiri” – A.W Tozer

Gardner taylor dilahirkan di Louisiana pada 1918. Sepanjang hidupnya, ia berjuang melawan pembedaan  ras. Selama enam dekade ia berkeliling dunia sebagai pembicara. Namun, di usianya yang ke 89, kesehatan taylor menurun dan ia tidak bisa lagi berbicara di depan banyak orang. Ia mengatakan pada seseorang, “awalnya aku agak sedih dan kecewa.” Namun kemudian ia menyatakan keyakinannya bahwa akan ada waktunya, dan kita pun harus melihatnya dengan cara terbaik dan menemukan hal-hal positif di dalamnya. Sungguh sebuah sikap yang mengaggumkan!.
Sahabat apa pun yang menimpa kita, yang terpenting adalah respons kita terhadap hal tersebut. Hal terburuk boleh saja terjadi, tetapi bila mampu menyikapinya dengan benar, kitalah yang menjadi pemenangnya. Dan, itulah yang dilakukan gardner. Ya, kesehatan yang buruk tidak membuatnya kecut atau  mentyalahkan berbagai pihak. Sebaliknya, ia memillih untuk menemukan hal baik yang masih tersimpan di dalamnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukkan terhadap tiga ratus pemimpin dunia termasuk franklin d, Roosevelt, sir Winston, dan oprah winfrey. Terungkap bahwa 25% diantara mereka cacat jasmaniah yang berat dan 50% lagi mendapat perlakuan kejam sebagai anak atau telah dibesarkan dalam keadaan miskin. Mereka “tanggap” dan “bukan bereaksi” terhadap apa yang terjadi terhadap mereka. Mereka telah belajar bahwa yang terpenting bukan “dimana engkau mengawali, tetapi dimana engkau mengakhirinya”.
Tepatlah apa yang dikatakan dale Carnegie bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada apa pun yang terjadi diluar, kebahagiaan datang dari sikap hati. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh apa yang kita miliki, oleh apa yang menerpa kita, tetapi oleh bagaimana kita menikmati apa yang kita miliki. Ingatlah, rasa sakit memang tidak terelakkan, tetapi penderitaan itu adalah suatu pilihan, ya, saat kita diterpa badai hidup, mungkin kesulitan tidak bisa kita hindari. Namun apakah kita menderita karenanya dan merasa sebagai korban, atau menganggapnya sebagai hal biasa, sebagai sesuatu yang bisa diatasi itu, sangat bergantung pada sikap kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar