Minggu, 23 Februari 2020

10. KEADILAN PASTI BERSINAR


KEADILAN PASTI BERSINAR
“Jika anda hanya melakukan hal-hal yang mudah, hidup ini akan menjadi sulit. Akan tetapi, jika anda rela melakukan hal-hal sulit, hidup ini akan menjadi mudah” – T. Harv Eker
Pada 1950 hiduplah seorang petani garapan dengan keluarganya di sebuah desa. Karena saat itu adalah musim kemarau. Tidak ada petani pemilik yang menyuruh petani penggarap itu bekerja. Akibatnya, sang petani tidak memiliki pekerjaan untuk menghidupi anak dan istrinya. “Bu, terpaksa aku harus mencari kerja di kota. Bila tidak kalian akan mati kelaparan,” kata sang petani pada istrinya.
Keseesokan harinya, sang petani berangkat ke kota. Di sana ia bertemu beberapa orang yang menawarkannya bekerja sebagai tukang becak. “saya belum bisa mengendarai sebuah becak, tolong ajari saya, “pintanya pada temannya. Setelah beberapa hari diajari, mahirlah sang petani itu. Tak lama, ia pun menyewa sebuah becak dan mulai mencari penumpang. Karena belum hafal benar dengan jalan-jalan di kota tersebut, ia meminta kepada penumpang yang dibawanya untu menunjukkan jalan menuju tujuan mereka. Sang petani pun rela dibayar berapa pun oleh para penumpang, karena pikirnya, “Ya, lumayan untuk menambah biaya hidup, darioada aku tidak bekerja sama sekali.”
Demi mengumpulkan sejumlah rupiah bagi keluarga di desa, setiap hari sang petani rela hidup berhemat. Ia menabung semua uang yang didapatnya. Setelah beberapa bulan bekerja, ia berpikir, “hari ini aku bekerja setengah hari saja. Nanti sore aku akan kembali ke desa untuk bertemu dengan anak istriku.”
Menjelang sore, si petani mengayuh becaknya dengan kecepatan tinggi, karena sudah tidak sabar ingin segera pulang ke desa. Karena kurang memperhatikan jalan, akhirnya ia menabrak ke sebuah sedan milik pengusaha. Spontan saja, si orang kaya tersebut keluar dari mobilnya dan naik pitam. “apa yang melotot. “saya tidak mau tahu, bapak harus mengganti kerugian saya.” Saya ingin orang ini diadili dan dihukum,” katanya.
Si petani langsung lunglai. Ia tida dapat berkata apa-apa. Seperti petir yang menyambar di siang bolong. Kejadian itu benar-benar menghantam jiwanya. Selama dua hari, ia dipenjara, hari berikutnya ia dipanggil untuk menjalani persidangan. “apa bapak tahu kesalahan bapak? Tanya sang hakim.
“ya, saya tahu,” jawabnya lemas.
“saya memberi anda dua pilihan. Pertama anda harus mengganti kerugian sebesar yang diminta sang pengusaha. Atau yang kedua, anda akan dipenjara selama enam bulan, “kata hakim tersebut.
Dengan berlinang air mata ia berkata “pak hakim, saya datang jauh-jauh dari desa untuk bekerja sampingan, tetapi karena kecerobohan, bukannya untung yang saya dapat tapi malah bunting. Saya ingin sekali mengganti kerugian tersebut tetapi saya tidak memiliki banyak uang untuk membayarnya. Saya hanya mempunyai ini, “katanya sambil mengeluarkan beberapa lembar uang sepuluh ribu. Hasil dari menarik beach selama lima bulan. “bila saya harus mendekam di penjara selama enam bulan, istri dan anak saya di desa akan makan apa? Hidup mereka sangat bergantung pada saya.”
Mendengar cerita si petani, sang hakim pun merasa iba. Ia berpikir sejenak, lalu berkata, “sidang di tunda selama sepuluh menit. “sang hakim masuk ke dalam kantornya, tetapi diam-diam ia memanggil petani itu. “apa benar cerita bapak tadi? Tanya ia memanggil petani itu. “benar pak, saya tidak berbohong. Saya cerita apa adanya.” Jawabnya.
“Baiklah, karena saya merasa bapak adalah orang baik, saya akan membantu bapak. Saya akan memberi bapak sejumlah uang tersebut untuk mengganti kerugian si pengusaha dan bapak pun akan bebas. Apakah bapak mau menerima uang pemberian saya?” Tanya sang hakim.
Sambil menyembah-yembah, si petani berkata “tentu saja saya mau pak. Terima kasih banyak pak hakim, saya tidak dapat membalas kebaikan bapak. Saya berdoa agar yang maha kuasa saja yang membalasnya.”
Kemudian si petani masuk ke ruang persidangan. Kali ini ia masuk dengan kepala tegak dan hati tenang. Si hakim kembali bertanya, “mana hukuman yang bapak pilih? Membayar denda atau dipenjara?” dengan lantang ia menjawab “saya akan membayar denda dengan lunas!” dan sang petani pun bebas.
Sahabat, kita semua pasti pernah mengalami ketidakadilan dalam hidup ini. Entah dicurangi rekan kerja, dikhianati sahabat yang paling dekat, digaji kecil padahal kita sudah bekerja mati-matian, sementara orang lain yang bekerja asal-asalan dibayar lebih tinggi. Apa pun ketidakadilan yang kita terima, percayalah bahwa kita mempunyai hakim di atas segala hakim, yang siap membela kita, tuhan tidak pernah tidur! Klise, tetapi itulah kebenarannya. Mungkin keadilan itu tidak nyata pada masa kita, tetapi tetaplah percaya bahwa hal itu akan muncul di masa anak dan cucu kita.
Ditipu, dicurangi, dikhianati memang pahit. Diperlakukan tidak adil sungguh sama sekali tidak menyenangkan. Tapi bagi orang yang berjiwa besar, kekecewaan adalah ibarat siraman air ke atas logam yang sedang terbakar. Mengukuhkan, meneguhkan, dan menjadikan logam semakin kuat dan bukan mengeroposkannya, bukankah begitu?


#Inspirasi5menit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar