KEADILAN
PASTI BERSINAR
“Jika
anda hanya melakukan hal-hal yang mudah, hidup ini akan menjadi sulit. Akan tetapi,
jika anda rela melakukan hal-hal sulit, hidup ini akan menjadi mudah” – T. Harv
Eker
Pada
1950 hiduplah seorang petani garapan dengan keluarganya di sebuah desa. Karena saat
itu adalah musim kemarau. Tidak ada petani pemilik yang menyuruh petani
penggarap itu bekerja. Akibatnya, sang petani tidak memiliki pekerjaan untuk
menghidupi anak dan istrinya. “Bu, terpaksa aku harus mencari kerja di kota. Bila
tidak kalian akan mati kelaparan,” kata sang petani pada istrinya.
Keseesokan
harinya, sang petani berangkat ke kota. Di sana ia bertemu beberapa orang yang
menawarkannya bekerja sebagai tukang becak. “saya belum bisa mengendarai sebuah
becak, tolong ajari saya, “pintanya pada temannya. Setelah beberapa hari
diajari, mahirlah sang petani itu. Tak lama, ia pun menyewa sebuah becak dan
mulai mencari penumpang. Karena belum hafal benar dengan jalan-jalan di kota
tersebut, ia meminta kepada penumpang yang dibawanya untu menunjukkan jalan
menuju tujuan mereka. Sang petani pun rela dibayar berapa pun oleh para
penumpang, karena pikirnya, “Ya, lumayan untuk menambah biaya hidup, darioada
aku tidak bekerja sama sekali.”
Demi
mengumpulkan sejumlah rupiah bagi keluarga di desa, setiap hari sang petani
rela hidup berhemat. Ia menabung semua uang yang didapatnya. Setelah beberapa
bulan bekerja, ia berpikir, “hari ini aku bekerja setengah hari saja. Nanti sore
aku akan kembali ke desa untuk bertemu dengan anak istriku.”
Menjelang
sore, si petani mengayuh becaknya dengan kecepatan tinggi, karena sudah tidak
sabar ingin segera pulang ke desa. Karena kurang memperhatikan jalan, akhirnya
ia menabrak ke sebuah sedan milik pengusaha. Spontan saja, si orang kaya
tersebut keluar dari mobilnya dan naik pitam. “apa yang melotot. “saya tidak
mau tahu, bapak harus mengganti kerugian saya.” Saya ingin orang ini diadili
dan dihukum,” katanya.
Si
petani langsung lunglai. Ia tida dapat berkata apa-apa. Seperti petir yang
menyambar di siang bolong. Kejadian itu benar-benar menghantam jiwanya. Selama dua
hari, ia dipenjara, hari berikutnya ia dipanggil untuk menjalani persidangan. “apa
bapak tahu kesalahan bapak? Tanya sang hakim.
“ya,
saya tahu,” jawabnya lemas.
“saya
memberi anda dua pilihan. Pertama anda harus mengganti kerugian sebesar yang
diminta sang pengusaha. Atau yang kedua, anda akan dipenjara selama enam bulan,
“kata hakim tersebut.
Dengan
berlinang air mata ia berkata “pak hakim, saya datang jauh-jauh dari desa untuk
bekerja sampingan, tetapi karena kecerobohan, bukannya untung yang saya dapat
tapi malah bunting. Saya ingin sekali mengganti kerugian tersebut tetapi saya
tidak memiliki banyak uang untuk membayarnya. Saya hanya mempunyai ini, “katanya
sambil mengeluarkan beberapa lembar uang sepuluh ribu. Hasil dari menarik beach
selama lima bulan. “bila saya harus mendekam di penjara selama enam bulan,
istri dan anak saya di desa akan makan apa? Hidup mereka sangat bergantung pada
saya.”
Mendengar
cerita si petani, sang hakim pun merasa iba. Ia berpikir sejenak, lalu berkata,
“sidang di tunda selama sepuluh menit. “sang hakim masuk ke dalam kantornya,
tetapi diam-diam ia memanggil petani itu. “apa benar cerita bapak tadi? Tanya ia
memanggil petani itu. “benar pak, saya tidak berbohong. Saya cerita apa adanya.”
Jawabnya.
“Baiklah,
karena saya merasa bapak adalah orang baik, saya akan membantu bapak. Saya akan
memberi bapak sejumlah uang tersebut untuk mengganti kerugian si pengusaha dan
bapak pun akan bebas. Apakah bapak mau menerima uang pemberian saya?” Tanya sang
hakim.
Sambil
menyembah-yembah, si petani berkata “tentu saja saya mau pak. Terima kasih
banyak pak hakim, saya tidak dapat membalas kebaikan bapak. Saya berdoa agar
yang maha kuasa saja yang membalasnya.”
Kemudian
si petani masuk ke ruang persidangan. Kali ini ia masuk dengan kepala tegak dan
hati tenang. Si hakim kembali bertanya, “mana hukuman yang bapak pilih? Membayar
denda atau dipenjara?” dengan lantang ia menjawab “saya akan membayar denda
dengan lunas!” dan sang petani pun bebas.
Sahabat,
kita semua pasti pernah mengalami ketidakadilan dalam hidup ini. Entah dicurangi
rekan kerja, dikhianati sahabat yang paling dekat, digaji kecil padahal kita
sudah bekerja mati-matian, sementara orang lain yang bekerja asal-asalan
dibayar lebih tinggi. Apa pun ketidakadilan yang kita terima, percayalah bahwa
kita mempunyai hakim di atas segala hakim, yang siap membela kita, tuhan tidak
pernah tidur! Klise, tetapi itulah kebenarannya. Mungkin keadilan itu tidak
nyata pada masa kita, tetapi tetaplah percaya bahwa hal itu akan muncul di masa
anak dan cucu kita.
Ditipu,
dicurangi, dikhianati memang pahit. Diperlakukan tidak adil sungguh sama sekali
tidak menyenangkan. Tapi bagi orang yang berjiwa besar, kekecewaan adalah
ibarat siraman air ke atas logam yang sedang terbakar. Mengukuhkan, meneguhkan,
dan menjadikan logam semakin kuat dan bukan mengeroposkannya, bukankah begitu?
#Inspirasi5menit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar