Rabu, 19 Februari 2020

6. PIL UMUR PANJANG


PIL UMUR PANJANG
“Rasa iri mengerogoti suka cita, kebahagiaan, dan kepuasan hidup seseorang sampai habis” – Billy Graham
Dahulu kala di sebuah desa, hiduplah seorang tabib yang sangat pandai menyembuhkan orang. Namanya tabib lie. Penduduk desa senang sekali kepadanya karena selain pandai mengobati, Tabib lie pun tidak pernah meminta bayaran. Keadaan itu membuat tabib han menjadi iri. Sebenarnya tabib han juga seorang tabib yang pandai menyembuhkan orang. Sayangnya ia selalu meminta bayaran tinggi kepada penduduk. Jadi orang-orang kurang senang kepadanya. Melihat kesuksesan tabib lie, timbullah niat jahat di benak tabib han. Suatu hari tabib han menghadap baginda raja mhing. Raja mhing terkenal sebagai penguasa yang kurang bijaksana dan cepat sekali emosi. tabib han pun memanfaatkan hal itu untuk mencelakakan tabib lie. Tabib han melapor kepada baginda raja “tabib lie itu ternyata mempunyai sebutir pil umur panjang. Ia sengaja menyembunyikannya untuk di pakai sendiri.”
“pil umut panjang,” kening baginda mengerut.
“benar yang mulia, tabib lie berusaha menyembunyikan pil penemuannya itu,“ terang habib han, berusaha membohongi baginda.
Mendengar ada sebutir pil yang dapat membuat seseorang berumur panjang, baginda raja pun tertarik. Ia segera menyuruh tabib lie menghadapnya. Tentu saja tabib lie terkejut mendengar permintaan baginda yang tidak benar itu. “ampun, baginda raja, sebenanya hamba tidak mempunyai pil itu.”kata tabib lie hati-hati.
Mendengar jawaban demikian, baginda pun marah, katanya, “jangan berbohong, aku tahu kau sengaja menyembunyikan pil itu untuk kau makan sendiri. Aku tidak mau tahu. Pokoknya kau harus memenuhi permintaanku. Kuberi kau waktu satu minggu. Bila kau tidak memberikan pil itu, kepalamu taruhannya.”
Tabib lie tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ia tahu semua ini pasti ulah tabib han, orang yang iri dan selalu mencoba menyingkirkannya. Tabib lie kembali kerumah. Ia sangat sedih dan tidak dapat tidur nyenyak.
Sang istri yang mengetahui keadaan suaminya itu datang mendekati lalu membisikan sesuatu. Tiba-tiba saja wajah murung tabit lie berubah ceria. Ternyata sang istri telah memberinya sebuah ide cemerlang untuk mengatasi masalah itu.
Beberapa hari berlalu. Akhirnya waktu yang ditentukan baginda raja telah berakhir. Tabib han bersorak melihat keadaan tabib lie. “kali ini kau pasti akan dapat aku singkirkan,” pikirnya.
Pagi itu tabib lie datang menghadap sang raja.
“mana pil pesananku?” Tanya baginda tanpa basa-basi.
“ampun yang mulia, sebelum hamba memberikan pil umur panjang itu, izinkan hamba menyampaikan sesuatu,” ujar tabib lie.
“cepat katakan” jawab baginda raja sudah tidak sabar.
“pil umur panjang itu baru akan berkhasiat bila baginda meminumnya sesuai syarat-syaratnya, “jawab tabib lie menjelaskan.
“syarat?” Tanya baginda tak mengerti.
“sebelum pil umur panjang itu baginda minum, baginda harus menjalani puasa selama empat puluh hari empat pulih malam.” Jelas tabib lie.
“syarat yang aneh,” ujar baginda raja, “tapi baiklah aku akan melakukannya.” Akhirnya mulai hari itu baginda menjalani puasanya. Hari pertama puasa, baginda dapat menjalaninya dengan baik tetapi memasuki hari ketiga, baginda merasa resah, ia tidak dapat tidur dan bekerja dengan konsentrasi karena rasa lapar yang dideritanya. “apa enaknya mendapat pil umur panjang itu kalau aku harus puasa empat puluh hari. Mungkin sebelum mendapatkan pil umur panjang itu, aku sudah mati kelaparan,” pikirnya. Tiba-tiba baginda sadar kalau permintaanya itu aneh. “mana ada manusia di bumi ini yang abadi. Setiap manusia pasti akhirnya akan mati juga. Alangkah bodohnya aku karena menerima laporan yang tidak masuk akal begitu saja dari tabib han.” Akhirnya baginda sadar kalau sudah dibohongi tabib han. Segera saja baginda menyuruh pengawalnya untuk menangkap tabib han dan menjebloskannya ke dalam penjara.

Aeschylus berkata “hanya sedikit orang yang memiliki kekuatan untu menghormati keberhasilan seorang teman tanpa rasa iri hati.” Sahabat, rasa iri hanya akan merusak hati dan kehidupan seseorang. Selain menjauhkan kita dari suka cita dan damai sejahtera, iri hati hanya akan menyengsarakan hidup. sesunngguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati.
Bila kita menyadari bahwa tidak ada satu pun keuntungan dengan menyimpan salah satu penyakit hati itu, mengapa kita tidak berusaha untuk menyingkirkannya dari hidup kita? Belajarlah untuk dapat menerima kesuksesan orang lain dengan lapang dada karena terkadang kita harus mengakui bahwa, “di atas langit masih ada langit” atau, ketika kita melihat keberhasilan seorang, jadikanlah hal itu sebagai lecutan untuk memotivasi agar bekerja lebih maksimal lagi. Bila perlu bergaullah dengan mereka, jalinlah sebuah hubungan yang baik agar kita pun bisa belajar sesuatu untuk meraih kesuksesan. Jika mereka bisa, kita juga pasti bisa.
Sahabat, jika kita sibuk untuk mempersiapkan diri menjadi pribadi yang semakin baik dari hari ke hari, saya rasa kita tidak akan punya cukup waktu untuk merasa iri dengan orang lain. Bagaimana menurut anda?

#Inspirasi5menit
#Positivevibes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar