Selasa, 18 Februari 2020

5. MUSAFIR YANG SELALU MENGELUH


MUSAFIR YANG SELALU MENGELUH
“Daripada menghitung kesukaranmu, cobalah menjumlahkan berkat-berkat yang telah anda terima!” – Dr. Geoggrey Still

Seorang musafir dengan seekor kuda kesayangannya mengadakan perjalanan jauh. Dalam perjalanan itu mereka membawa barang-barang berharga untuk dijual, seperti seekor kambing, seekor ayam jago, serta sebuah obor. Di sepanjang perjalanan mereka berdisuksi tentang tuhan. “tuhan itu baik, dia selalu menyertai kemana pun kita pergi.” Ujar si kuda.
“aku tidak yakin dengan perkataanmu. Lihat saja nanti. Tuhan itu hanya tinggal di atas langit jadi dia tidak mungkin menyertai perjalanan kita” ujarr musafir, sinis.
Menjelang sore tibalah mereka di sebuah desa. Mereka berharap dapat beristirahat sejanak di  desa itu, tetapi sayang tidak seorang pun bersedia menerima mereka. Penduduk desa tidak mau menerima orang asing jadi mereka mengusir musafir dan kudanya. Mendapat perlakuan kasar, si musafir menggerutu “benarkan  kataku, Tuhan tidak menyertai kita, buktinya dia tidak memberi kita tempat untuk beristirahat.”
Karena tidak ada tempat untuk beristirahat maka musafir dan kudanya terpaksa pergi ketengah hutan yang letaknya tidak jauh dari desa.
Sampai disana musafir memasang tenda lalu berbaring melepas rasa lelahnya. Melihat musafir, si kuda berusaha menghibur tuannya, “pasti menurut tuhan bermalam di tengah hutan ini merupakan yang terbaik bagi kita” tidak lama kemudian terdengarlah suara binatang buas. Ternyata seekor srigala datang menerkam kambing milik musafir. Karena ketakutan sang musafir lari dan memanjat pohon untuk menyelamatkan diri.
Dari atas pohon si musafir berkata kepada si kuda “masih beranikah engkau mengatakan bahwa tuhan itu baik? Lihat saja tuhan sudah membiarkan kita kedinginan di hutan ini. Belum selesai sampai disitu, dia sudah membuat aku menjadi rugi karena tidak dapat lagi menjual kambing ke pasar”
Kuda yang bijaksana itu berusaha menerangkan sang majikan “tuan, seharusnya engkau bersyukur dan berterima kasih kepada tuhan karena jikalau serigala itu tidak menerkam kambing maka tuan dan akulah yang akan diterkamnya. Tuhan memang baik karena sudah melindungi kita dari maut”
Musafir itu masih berada di atas pohon ketika embusan angina kencang memadamkan obornya sedangkan obor itu merupakan satu-satunya penghangat yang ia miliki di tengah cuaca yang begitu dingin. Musafir masih saja mengeluh dan tidak memedulikan kata-kata si kuda dengan sinis ia berkata “kelihatannya kebaikan tuhan kepada kita begitu nyata di sepanjang malam ini.”
Kesesokan harinya musafir dan si kuda berkemas-kemas. Mereka bersiap melanjutkan perjalanan. Ketika melewati desa kemarin,  mereka terkejut melihat keadaan desa yang porak-poranda. Setelahnya bertanya pada penduduk tahulah si musafir bahwa semalam desa itu dijarah sekelompok perampok. “telah terbukti bahwa tuhan itu memang baik karena jika tadi malam kita jadi menginap di desa itu, barang-barang tuan yang berharga pasti akan ikut dirampok dan kalau saja angin kencang tidak memadamkan obor, perampok-perampok itu pasti dapat melihat barang-barang tuan lalu mengambil semuanya.” Ujar kuda.
Sang musafir tertunduk malu lalu menangis karena di sepanjang jalan ini ia hanya mengeluh dan menggerutu kepada tuhan.
Sahabat, mengeluh hanya akan menguras tenaga dan membuang waktu kita dengan percuma. Menggerutu dan bersenggut-senggut tidak akan pernah menyelesaikan persoalan, tetapi justru menambah beban kita. Ketika sedang dilandai sebuah masalah, mari belajar untuk tetap bersyukur. Kata-kata positif memang tidak langsung mengubah keadaan, tetapi setidaknya kita memiliki suasana hati yang lebih baik. Hati dan pikiran yang tenang, akan membuat kita kuat dalam menghadapi masalah apapun. Ada yang berkata “bila keadaan sedang kacau, saya tidak mungkin bisa mengucapkan kata-kata yang baik.” Bila kita tidak dapat berkata-kata yang baik, ada baiknya kita juga memutuskan untuk tidak berkata-kata sama sekali atau diam. Itu lebih baik ketimbang kita mengomel atau memaki.
Ingatlah tuhan bisa mengubah air menjadi anggur. Ia bisa membuat mukjizat apa saja. Namun, ia tak bisa mengubah keluhan kita menjadi sesuatu yang biak. Jadi, berhentilah menggerutu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar