Kamis, 20 Februari 2020

7. SENI MENGHADAPI MUSUH


SENI MENGHADAPI MUSUH
“hadiah terbaik untuk temen adalah setia kawan; untuk atasan, jasa; untuk orang tua, terima kasih dan bakti; untuk pasangan hidup, cinta dan kesetiaan; dan untuk musuh kita adalah maaf” – A. bhuwanapralaya

Ketika Abraham Lincoln sedang berkampanye untuk menduduki kursi kepresidenan, salah seorang musuh politiknya adalah Edwin mcmaster Stanton. Karena berbagai alasan, Stanton membenci Lincoln. Ia mengerahkan segenap kekuatan untuk menjatuhkan citra Lincoln di mata public. Begitu bencinya Stanton kepada Lincoln sehingga ia mengucapkan kata-kata kasar tentang penampilan fisik Lincoln dan selalu berusaha mempermalukannya dengan pidato-pidato yang sangat menghina. Akan tetapi di balik semua itu Lincoln akhirnya terpilih sebagai presiden AS ke 16. Lincoln pun harus memilih anggota kabinetnya yang akan diisi oleh orang-orang yang bisa menjadi rekan kerja yang akrab dengannya dalam menjalani program-program pemerintahan. Ia mulai memilih orang-orang dari sana-sini untuk berbagai jabatan. Akhirnya, tibalah saatnya bagi Lincoln untuk memilih menteri pertahanan. Pernahkah anda menduga siapa yang akan dipilih Lincoln untuk menduduki jabatan tersebut? Ya, Lincoln memilih Edwin mcmaster Stanton. Lawan politiknya yang selalu menjelek-jelekannya selama musim kampanye. Tentu saja terjadi kegemparan di ingkungan kepresidenan ketika kabar itu mulai tersebar. Satu demi satu para penasihat Lincoln berkata “tuan, anda membuat kesalahan. Tahukah anda siapa Stanton itu? Ingatkah anda akan segala hal buruk yang pernah dikatakannya tentang anda?”
Linclon menjawab dengan singkat dan tegas “ya, saya tahu siapa Stanton. Saya tahu hal-hal yang sangat buruk yang pernah dikatakannya tentang saya. Namun, mengingat kepentingan Negara, ia adalah orang yang paling tepat untuk jabatan itu.” Maka, Stanton pun menjadi menteri pertahanan dan memberikan pelayanan yang tidak terhingga nilainya bagi Negara dan presidennya.
Beberapa tahun kemudian, Lincoln terbunuh, banyak hal baik yang dikatakan tentang dirinya. Namun, dari semua pernyataan hebat yang dikatakan tentang Abraham Lincoln, kata-kata yang diucapkan Stanton tetap menjadi kata-kata yang paling hebat. Seraya berdiri di samping jenazah orang yang pernah dibencinya itu, Stanton memujinya sebagai orang terbesar yang pernah hidup. Jika saja Lincoln juga membenci Stanton mungkin saja kedua pria itu memasuki liang kubur dengan tetap sebagai musuh besar. Tetapi dengan kekuatan pengampunan yang besar, Lincoln berhasil mengubah seorang msuh menjadi seorang sahabat sejati. Inilah kekuatan cinta dan pengampunan yang menyelamatkan.
Kita pun dapat melakukan hal demikian, menghilangkan musuh yang selama ini mengganggu ketenangan dengan cara menjalin persahabatan dengannya. Abraham Lincoln pernah berkata “cara terbaik untuk menhancurkan seorang musuh adalah dengan menjadikannya sebagai seorang sahabat”. Dan, hal itu dapat terjadi jika kita mau memulainya lebih dulu dengan kasih dan tidak mengingat kesalahan yang pernah mereka lakukan terhadap kita. Allan j. hurst pernah mengatakan, “buanglah segera perasaan terluka bila anda tersinggung. Huungan baik dengan orang lain akan mempermudah anda.”
Sahabat, memang dibutuhan hati yang besar untuk menjadikan seseorang yang selama ini sudah menyakiti kita sebagai seorang sahabat. Namun, ingatlah selalu bahwa hubungan yang baik dengan orang lain akan mempermudah kinerja kita sehingga kita pun dapat bekerja dengan lebih maksimal. Sebaliknya jika kita berpikir untuk membalasnya, kitalah yang akan paling dirugikan. Bagaimana tidak, orang yang menyimpan kebencian selalu memikirkan cara untuk balas dendam. Waktu dan perhatian yang sesungguhnya bisa kita pakai untuk meningkatkan kualitas diri pun malah terbuang percuma. Sementara orang yang kita benci, malah tidak berpikir apa-apa dan tengah menimati hidupnya dengan tenang. Lihatlah, bukankah pembalasan adalah sebuah tindakan konyol dan upaya penyia-nyiaan waktu dan tenaga?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar